Pesta Seks Dengan Om Nakal
Subuh
itu kulihat tetangga baruku sedang merapakun tanaman di kebun,
dipangkasnya daun-daun yang mencuat tidak beraturan dengan gunting.
Kemudian dia menyirami tanaman yang ada diedepan rumahnya itu. Dia baru
saja beberapa hari pindah kerumah disebelah rumah yang kutunggui.
![](https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEisq3Hqa-WXYe6QJWFTGy6Z6EJi4EQYL9mirUyPesH6KPr4DddeBzG9kLo0Fp0ob2L2M7DQaOJys2-jdb5ZL5Ag5f-WbfNepPh6O73few6Rj9nckgXqZe7YHbZgHLZWxChxxuW4iBCt14w/s320/fitria.jpg)
Kutatap wajahnya. Belum tua, usianya kutaksir sekitar 40 tahunan,
tubuhnya kekar wajahnya segar dan lumayan tampan. Rambut dan kumisnya
beberapa sudah terselip uban. Subuh itu aku sedang jogging disekitar
rumah, hal yang rutin aku lakukan tiap subuh. Aku saat ini mendapat
pekerjaan menunggu rumah yang juga digunakan untuk kantor kecil. Tugasku
tidak banyak, membantu pekerjaan ringan yang ditugaskan kepadaku oleh
yang bekerja disitu, menghidupkan lampu2 rumah dan memadamkannya pada
pagi hari.
Malemnya aku tidur disalah satu ruang kerja dengan menggelar matras,
pakaianku kusimpan di dalam tas yang aku masukkan ke salah satu lemari
Baiknya ada TV sehingga masih ada yang kutonton malem hari, kadang aku
tertidur di sofa sambil nonton TV. Aku membersihkan rumah tersebut tiap
pagi kemudian aku mencuci pakaianku sendiri. Untuk kebutuhan rumah dan
makan ku, aku mendapat sejumlah dana yang dapat kupakai, selain gaji
bulanan.
Aku sudah tidak lagi berhubungan dengan oom Edo, memang setelah bercinta
dengan si oom, beberapa kali si oom mengajakku untuk nginep di
apartmentnya, sendiri tanpa teman, sehingga aku lemes banget melayani
napsu si oom yang kayanya gak pernah puas, tapi rasanya nikmat sekali
ketaku kontol yang besar, panjang dan sangat keras itu akhirnya
mengecretkan pejunya di memekku dengan semburan yang keras dan banyak.
Mana si oom, gak puas cuma seronde lagi, sehingga aku harus melayani
napsunya sendirian beberapa ronde. Kata Winda, dia juga pernah diajak si
oom ke apartmentnya sendirian. Sama seperti aku, Winda pun lemes banget
dientot si oom beberapa ronde. Cowokku ketaku tau aku dientot si oom,
marah dan memutuskan hubungannya dengan aku, jadilah aku kesepian.
Makanya ketaku melihat tetangga baruku yang macho itu, napsuku tanpa
sadar bangkit lagi.
Tiba-tiba ia memandang ke arahku, jantungku berdegup keras. Dia
mengenakan kaos singlet dan celana pendek, dari pangkal lengannya
terlihat seburat ototnya yang masih kecang. Dia tersenyum, dan menyapaku
:
“Tinggal disebelah ya, kok sendirian, rajin banget olahraga, pantes
badannya kenceng dan montok”. Memang aku juga memakai celana pendek dan
kaos tanpa lengan yang ketat sehingga bodiku tercetak dengan jelas.
Matanya jelalatan memandangi bodiku dari atas sampe ke bawah.
“Bapak suka kan sama yang montok”, jawabku menggodanya.
“Suka banget, kamu tinggak disebelah sendirian ya, sama dong dengan saya, saya Dio”, katanya memperkenalkan diri.
“Saya Ines, pak”, jawabku. Dia meremas tanganku ketaku berjabat tangan.
“Kok sendirian pak”, tanyaku lagi.
“Jangan panggil pak, oom saja. Saya sudah cerai dan anak saya ikut ibunya”, jawabnya lagi.
“Mampir yuk ke rumah saya, bisa ngopi. Disini kan banyak nyamuk”, ajaknya.
Bagai tersihir, aku ikut saja ketaku dia menggandeng tanganku masuk
kerumahnya. Dia membuat kopi 2 cangkir dan satu diberakunnya ke aku.
“Mau pake susu?” tanyanya.
“Gak usah oom, kan udah ada creamernya”, jawabku.
“Iya ya, sudah punya kok ya, besar – kenceng lagi”, godanya.
Aku hanya tersipu mendengar guyonannya yang mulai mengarah. Kami ngobrol
ngalor ngidul, dia mengarahkan pembicaraan kearah ngentot. Aku
bercerita terus terang tentang pengalamanku dalam soal itu.
“Boleh dong, kamu nemenin saya kalo malem, daripada masing2 sendirian di rumah”, tawaran yang merangsang napsuku kembali.
Aku terdiam.
“Kok diem, diem itu artinya mau lo”, godanya terus.
Karena sudah terang, aku pamit kembali ke rumah untuk mengerjakan pembersihan rumah.
“Nanti malem ya”, katanya sambil tersenyum. Aku hanya tersenyum. “Boleh gak tau no HP nya”, yanyanya lagi.
“Supaya gampang kalo mau janjian”. Aku memberakun no HP ku dan kembali kerumahku.
Hari itu berjalan sangat lambat rasanya, aku sudah gak sabar menanti
datangnya malam, aku mau tau apakah dia akan mengundangku ke rumahnya
atau tidak. Aku membayangkan apa yang akan dilakukannya terhadapku, kalo
nanti malam aku kerumahnya. Itu membuat napsuku berkobar2 dengan
sendirinya. Hal itu membuat aku tidak bisa berkonsentrasi mengerjakan
tugas yang diberakun kepadaku oleh yang bekerja di rumah itu. Akhirnya
saatnya tiba, malam sudah agak larut ketaku HP ku berdering, ada sms
dari dia yang mengajak aku ke rumahnya. SMS kubales bahwa aku beberes
dulu sebelum ke rumahnya.
Aku hanya mengenakan daster yang tipis kerumahnya, dia sudah membuka
pintu pager dan menungguku dikegelapan karena lampu depan rumahnya
sengaja tidak dinyalakannya.
“Masuk yuk”, katanya sambil mengunci pintu pager.
Aku digandengnya masuk kerumahnya. Dia cuma mengenakan baju mandi. Makan
malem yang dibelinya direstoran sudah disiapkan di meja makan. Aku
diajak makan sambil ngobrol. Selesai makan aku mencuci peralatan makan,
sedangkan dia menungguku disofa di depan TV. Aku duduk disebelahnya,
langsung tangannya memeluk pundakku. Karena dasterku tipis, maka bra dan
CDku berbayang. Dia mulai merayuku
“Kamu seksi sekali Nes, toket kamu besar, pantat kamu juga padet.
Apalagi bulu tangan kamu panjang2, pasti jembut kamu juga lebat kan”,
katanya sambil mengelus tanganku.
Tangan lainnya mulai mengelus2 pundakku.
“Emangnya kalo jembutnya lebat kenapa oom”, tanyaku pura2 gak ngerti.
“Cewek yang jembutnya lebat, napsunya besar, kalo dientot gak puas kalo
cuma seronde, mesti berkali2 baru puas, iya kan”, jawabnya.
.
Aku tidak menjawab, kepalaku kusenderkan dipundaknya. Dasterku yang
tipis tersingkap sehingga betis dan pahaku terbuka, aku tidak mencoba
membetulkannya, aku pura-pura tidak tau.
“Nes kakimu mulus sekali ya”, katanya.
“Ah.. Oom bisa aja,” balasku sekenanya.
Kurasakan tangannya mengelus dan mengusap pahaku, aku diam saja, aku menikmatinya, napsuku makin lama makin berkobar.
“Nes, Oom jadi terangsang, gimana nih?” suaranya terdengar kalem tanpa emosi.
Aku menggelinjang ketika jari tangannya mulai menggosok pangkal paha
dekat memekku yang terbungkus CD. Dan… astaga! ternyata dibalik baju
mandinya dia tidak mengenakan CD sehingga kontolnyanya yang membesar dan
tegak, keluar belahan baju mandinya tanpa disadarinya. Nafasku sesak
melihat kontol besar dan panjang yang berdiri keras penuh dengan
tonjolan otot di sekelilingnya dan kepala yang licin mengkilat. Ingin
rasanya aku memegang dan mengelusnya. Tetapi kutahan napsuku. Dia
membungkuk menciumku, kurasakan bibirnya yang hangat menyentuh bibirku
dengan lembut. Kurasakan lidahnya mencari-cari lidahku dan maka kusambut
dengan lidahku pula, aku melayani hisapan-hisapannya dengan penuh
napsu.
Separuh tubuhnya sudah menindih tubuhku, kontolnya menempel di pahaku
sedangkan tangan kirinya telah berpindah ke toketku. Dia meremas toketku
dengan lembut sambil menghisap bibirku. Tanpa canggung lagi kurengkuh
tubuhnya, kuusap punggungnya dan terus ke bawah ke arah pahanya yang
penuh ditumbuhi rambut. Dadaku berdesir enak sekali, tangannyasudah
menyelusup ke balik daster dan braku, remasan jarinya sangat ahli,
kadang pentilku dipelintir sehingga menimbulkan sensasi yang luar
biasa.Nafasku makin memburu ketaku dia melepas ciumannya. Kutatap
wajahnya, dia tersenyum dibelainya wajahku.
“Nes kamu cantik” dia memujaku.
“Bagaimana Nes? kita teruskan?” tangannya masih mengusap rambutku, aku
tak menjawab.Tanpa menunggu lagi tangannya sudah melucuti daster dan bra
ku, aku tinggal mengenakan CD, dia juga telah telanjang utuh.
Seluruh tubuhnya mengkilat karena keringat, kontolnya panjang dan besar
berdiri tegak.Diangkatnya pantatku dilepaskannya CDku yang telah basah
sejak tadi.
“Wow, lebat banget jembutmu, basah lagi, kamu pasti sudah napsu banget
ya Nes”, katanya tersenyum. Kubiarkan tangannya membuka selangkanganku
lebar-lebar.
Kulihat memekku telah merekah kemerahan bibirnya mengkilat lembab,
itilku terasa sudah membesar dan memerah, memekku telah terbanjiri oleh
lendir yang siap melumasi setiap barang yang akan masuk.
Dia membungkuk, menyingkirkan jembutku dan mulai menjilat bagian kiri
dan kanan memekku, terasa nikmat sekali aku menggeliat, lidahnya
menggeser makin ke atas ke arah itilku, kupegang kepalanya dan aku mulai
merintih kenikmatan. Beberapa lama dia menggeserkan lidahnya di atas
itilku yang makin membengkak. Karena kenikmatan tanpa terasa aku telah
menggoyang pantatku, kadang kuangkat kadang ke kiri dan ke kanan.
Tiba-tiba dia melakukan sedotan kecil di itilku, kadang disedot kadang
dipermainkan dengan ujung lidah. Kenikmatan yang kudapat luar biasa,
gerakanku makin tak terkendali,
“Oom… aduh.. Oom… Ines mau keluar….” Kuangkat tinggi tinggi pantatku,
aku sudah siap untuk nyampe, tapi pada saat yang tepat dia melepaskan
ciumannya dari memekku.
Dia menarikku bangun dan menyorongkan kontolnya kemulutku.
” Gantian ya Nes.. aku ingin kamu ngisep kontolku.” Kutangkap kontolnya, terasa penuh dan keras dalam genggamanku.
Dia sudah terlentang disofa dan posisiku membungkuk siap untuk mengulum
kontolnya. Aku sering membayangkan dan aku juga beberapa kali menonton
dalam film biru. Napsuku sudah sampai puncak. Kutelusuri kontolnya
dengan lidahku dari pangkal sampai ke kepalanya yang mengkilat
berkali-kali.
“Ahhh… Enak sekali Nes…” dia berdesis.
Kemudian kukulum dan kusedot-sedot dan kujilat dengan lidah sedangkan
pangkal kontolnya kuelus dengan jariku. Suara desahannya membuatku tidak
tahan menahan napsuku. Kusudahi permainan di kontolnya, aku sudah
setengah jongkok di atas tubuhnya, kontolnya persis di depan memekku.
“Oom, Ines masukin ya, Ines pengen sekali.” Dia hanya tersenyum.
Kupegang kontolnya, kutempelkan pada bibir memekku, kusapu-sapukan
sebentar di itilku dan kepala kontolnya kumasukan ke memekku, aku hampir
terbang.
Beberapa detik aku tidak bergerak, tanganku masih memegangi kontolnya,
ujung kontolnya masih menancap dalam memekku. Kurasakan kedutan-kedutan
kecil dalam memekku.Kuangkat sedikit pantatku, dan gesekan itu ujung
kontolnya yang sangat besar terasa menggeser bibir dalam dan itilku.
Kudorong pinggulku ke bawah makin dalam kenikmatan makin dalam, separuh
kontolnya sudah melesak dalam memekku. Kukocokkan kontolnya naik-turun,
kujepit kontolnya dengan otot dalam, kusedot ke dalam, kulepas kembali
berulang-ulang.
“Oh.. Nes kau hebat, jepitanmu nikmat sekali”, dia mendesis-desis, toketku diremas-remas dan membuat aku merintih-rintih.
Dia mengocokkan kontolnya dari bawah. Aku merintih, mendesis, mendengus,
dan akhirnya kehilangan kontrolku. Kudorong pinggulku ke bawah, terus
ke bawah sehingga kontolnya masuk semua ke memekku. Luar biasa
nikmatnya. Dari posisi duduk, kurubuhkan badanku di atas badannya,
toketku menempel didadanya, perutku merekat pada perutnya. Kudekap dia
erat-erat. Tangan kirinya mendekap punggungku, sedang tangan kanannya
mengusap-usap pantatku.. Aku makin kenikmatan. Sambil merintih-rintih
kukocok dan kugoyang pinggulku, sedang kurasakan kontol besarnya
meyodok-nyodok dari bawah.
Tiba-tiba aku tidak tahan lagi, kedutan tadinya kecil makin keras dan
akhirnya meledak. Kutekan memekku ke kontolnya, kedutannya keras sekali,
nikmat sekali. Dan hampir bersamaan dari dalam memek terasa cairan
hangat, menyemprot dinding rahimku. Beberapa menit aku terdiam di
atasnya, dan kontolnya masih menyesaki memekku. Kurasai memekku masih
berkedut dan makin lemah. Disentuh bibirku dengan bibirnya. Aku tidak
menyia-nyiakannya. Dengan cekatan pula kujulurkan lidah kecilku untuk
dinikmati dan kami saling berpagutan ketat. Kuhisap mulutnya dia juga
membalas tangkas sampai aku hampir kehabisan nafas.
“Oom, nikmat banget deh kontol oom, besar, panjang, keras lagi, memek
Ines sampe sesek rasanya”, kataku setelah dia menyudahi ciumannya.
“Aku belum ngecret Nes”, jawabnya.
Kemudian dia meremas2 toketku. Pentilku tak luput dari jarinya dan kurasakan pentilku mulai mengeras lagi.
“Oom, enjot lagi dong”. Dia membalikkan posisi sehingga dia sekarang
diatas. Perlahan dia menggerakkan pantatnya kebelakang dan kedepan, aku
mulai kegelian dan nikmat. Kubantu dengan ikut menggerakkan pantatku
berputar, Dia mengerang menahan laju perputaran pantatku, rupanya dia
juga kegelian kalau aku menggerakkan pantatku. Ditahannya pantatku
kuat-kuat agar tidak berputar lagi, justru dengan menahan pantatku
kuat-kuat itulah aku menjadi geli dan berusaha untuk melepaskannya
dengan cara bergerak berputar lagi tapi dia semakin kuat memegangnya.
Kulakukan lagi gerakanku berulang dan kurasakan bijinya menyentuh
pantatku, licin dan geli.
Rupanya dia termasuk kuat juga berkali-kali kontolnya mengocek memekku
masih tetap saja tidak menunjukkan adanya kelelahan bahkan semakin
meradang. Kucoba mempercepat gerakan pantatku berputar semakin tinggi,
kakiku mengamit pinggangnya dia semakin tidak leluasa untuk bergerak
sehingga aku bisa mengaturnya, tetapi dia belum ngecret juga. Memekku
berbunyi kecepek2 saat kontolnya mengucek habis didalamnya aku kegelian
hebat, tiba-tiba aku merasakan getaran hebat dalam tubuhku, Aku
mengerang, aku menyerah aku tidak dapat menahan segala kenikmatan ini,
“Terus.oom…Ines mau nyampe lagi” ucapku, gerakanku semakin kencang dan
toketku bergoncang membuat dia tambah bernafsu mengentotiku.
Pinggulku terangkat saat merasakan puncaknya, memekku terasa becek
sekali,nafasku tersengal-sengal, badanku terasa lemas. Belum lagi reda
rasa nikmatku dia manarik kontolnya keluar dari memekku. Melihat
kontolnya yang besar itu membuat napsuku bangkit kembali lalu dengan
reflek kugenggam dan dengan lincah kumasukkan kepalanya kedalam mulutku,
kukocok lagi, sambil kuhisap kuat-kuat dan dengan cepat mulutku maju
mundur untuk mencoba merangsang agar pejunya cepat ngecret. Mulutku
mulai payah tapi peju yang kuharapkan tak juga keluar.
Aku tersentak merasakan dia menarik kontolnya agak keras menjauh dari
mulutku dan dengan sigap dibukanya memekku dengan tangan kiri dan tangan
kanan menuntun kontolnya yang gede menuju memmekku. Didorongnya
perlahan, dia melihatku sambil tersenyum dan bleeesssss, digenjotnya
kuat pantatnya kedepan hingga kontolnya kembali menghunjam semuanya
kedalam memekku. Aku menjerit. Aku berusaha mengejan sehingga kontolnya
merasa kupijit pijit. Dia mengenjotkan kontolnya keluar masuk dengan
keras dan cepat. Tidak lama kemudian dipeluknya tubuhku sambil
mengerang.
“Nes, .. aku mau ngecret”.
“Keluarin aja oom didalem” pintaku agar kenikmatan yang kurasakan
bertambah dan akhirnya pejunya menyemprot didalem memekku, kurasakan ada
semburan hangat dimemekku.
Dia memelukku erat demikian pula aku. Dia tersenyum puas.
“Nes, . Tak pernah aku merasakan memek kecil seperti punyamu ini, enak
banget memijit kontolku sampai nggak karuan rasanya, aku puas Nes”. Dia
memelukku lama sekali sambil beristirahat, terus dia mengajakku ke
kamarnya.
“Terusin diranjang ya Nes”, katanya sambil mencabut kontolnya dari memekku.
Lemes saja kontolnya sudah besar, gak heran kalo ngaceng menjadi besar
banget dan panjang lagi. Dia masuk ke kamar mandi, sedang aku tergolek
diranjangnya.
Keluar dari kamar mandi, dia berbaring disebelahku. Kembali dia mengulum bibirku kuat- kuat.
Kupegang kontolnya sambil kukocok pelan2. Gak lama kemudian, kontolnya
mulai mengeras lagi. Luar biasa orang ini, baru ngecret sudah bisa
ngaceng lagi. Aku jilati kontolnya lagi, dia mulai menggelinjang dan
melenguh. Mulai dari ujung kugerakkan masuk dan keluar dengan mulutku
dia semakin tidak karuan juga geraknya. Semakin cepat dan semakin cepat.
Kuhisap semakin kuat dan kuat, dia pun semakin keras erangannya. Dia
mulai mengelus memekku sehingga mulai basah kembali. Mulutku masih penuh
kontolnya dengan gerakan keluar masuk. Sesekali diremasnya toketku saat
dia merasa geli yang hebat. Kulepas mulutku dan kukocok kontolnya naik
turun. Kuhisap lagi berulang-ulang.
Aku terus berusaha, mulutku mulai payah, kugoyang-goyang bijinya, dia kegelian dan mengucek memekku dalam dalam.
“ahh…oom, geli”, kataku sambil melepaskan kontolnya dari mulutku.
Kelihatannya dia sudah pengen mengentoti aku lagi. Dimainkan pentilku,
aku mendesah keenakan, setiap ciuman ditubuhku membuatku geli dan
membuat napsuku kembali meningkat. Kurasakan jarinya bergerak makin liar
di dalam memekku, membuatku juga semakin liar, desahan dan eranganku
makin keras. Pantatku sedikit-sedikit terangkat karena jarinya,
sedangkan toketku sedang di lahapnya, dicium, di jilat, dan dikulum
pentilnya, ah nikmat sekali rasanya, beberapa kali dia mengecup daerah
sekitar dada dan leherku,
“Oom, Ines udah nggak tahan nih”, erangku pengen segera dientot.
“Nes, sekal sekali pantatmu.” katanya sambil meremas pantatku.
Aku tersenyum
“suka kan,…?” aku menggerakkan pantatku seperti meledeknya agar dia
lebih bernafsu, lalu dia menindihku, kurasakan sedikit demi sedikit
kontolnya masuk kememekku.
“Oom, besar sekali”, aku menyukainya, kontolnya yang besar dapat membuatku terlena,
“ah enak banget oom”. Dia terus menggoyangkan pantatnya dan aku berusaha menandingi gerakannya, tetapi aku merasa kewalahan.
Satu tangannya meremas toketku, membuat nafsuku terus memuncak hingga ke
ubun-ubun. “Enak oom terus oom” kurasakan aku hampir nyampe, aku tidak
bisa menahan lagi, pantatku makin naik,
“oom…aku nggak tahan ahhhh” aku mendesis seiring dengan gerakanku yang
melemah, aku lemas sekali rasanya tulangku hampir lepas, akan tetapi
segalanya bercampur rasa nikmat.
“Kenapa capek yah?” aku mengangguk, nafasku terengah-engah dadaku turun naik.
“tapi aku belum ngecret, sebentar lagi yah”, perlahan tapi pasti kontolnya kembali disodok2an kedalam memekku.
Goyanganku makin liar membuat dia juga mendesah-desah keenakan. Kedua
tangannya meremas-remas kedua toketku, napsuku sudah benar-benar tinggi,
nafasku juga sudah makin tak teratur, dia begitu lihai dalam bercinta.
Aku merasa tidak dapat bertahan lebih lama lagi, frekuensi goyanganku
kutambah, lalu aku mencium bibirnya. Tubuh kami terus berpacu sambil
bermain lidah dengan liarnya sampai ludah kami menetes-netes di sekitar
mulut, eranganku teredam oleh ciumannya. Mengetahui aku sudah mau nyampe
lagi, dia menekan-nekan bahuku ke bawah sehingga kontolnya menghujam
makin dalam dan memekku makin terasa sesak.
Tubuhku bergetar hebat dan jeritanku terdengar, perasaan itu berlangsung
selama beberapa saat sampai akhirnya aku terkulai lemas dalam
pelukannya. Aku hanya bisa pasrah saja ditindihnya. Dengan lembut dia
mengecup keningku, dari sana kecupannya turun ke pipi, hingga berhenti
di bibir, mulut kami kembali saling berpagutan. Saat berciuman itulah,
kenikmatan ini pun berlanjut, aku sangat menikmati gesekan-gesekan pada
dinding memekku. Toketku saling bergesekan dengan dadanya yang sedikit
berbulu, kedua pahaku kulingkarkan pada pinggangnya. Aku mendesah tak
karuan sambil mengigiti jariku sendiri. Sementara pinggulnya
dihentak-hentakkan diatasku, mulutnya tak henti-hentinya melumat atau
menjilati bibirku, wajahku jadi basah bukan saja oleh keringat, tapi
juga oleh liurnya.
Telinga dan leherku pun tak luput dari jilatannya, lalu dia angkat
lengan kananku ke atas dan dia selipkan kepalanya di situ. Aahh..
ternyata dia sapukan bibir dan lidahnya di ketiakku yang halus tak
berbulu itu sehingga desahanku bercampur dengan ketawa geli. Aku kembali
nyampe. Memekku terasa semakin banjir, namun tak ada tanda-tanda dia
akan segera ngecret, dia terlihat sangat menikmati mimik wajahku yang
sedang nyampe. Suara kecipak cairan terdengar jelas setiap kali dia
menghujamkan kontolnya. Tanpa melepas kontolnya, dia bangkit berlutut di
antara kedua pahaku dan menaikkan kedua betisku ke pundaknya. Tanpa
memberiku istirahat dia meneruskan mengocok memekku, aku sudah tidak
kuat lagi mengerang karena leherku terasa pegal, aku cuma bisa
mengap-mengap.
”Aku udah mau ngecret Nes” desahnya dengan mempercepat enjotannya.
Enjotannya makin cepat sampai akhirnya dia mengerang keras dan pejunya menyemprot deras didalam memekku.
“Oom enak benget deh”, kataku lemes.
“Iya Nes, aku juga nikmat banget ngecret dimemek kamu”, jawabnya.
“Kamu tidur disini aja ya Nes, besok kita main lagi, aku pengen ngecret di memek kamu lagi”.
“Iya oom, besok kan minggu, jadi Ines bisa ngentot sama oom terus”, jawabku.
Dia mencabut kontolnya dan terkapar disebelahku. Tak lama kemudian aku tertidur kecapaian.
Ketika aku terbangun hari sudah terang, dia sudah tidak ada di ranjang.
Aku bangun dan ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Keluar dari kamar
mandi, dengan bertelanjang bulat, aku keluar kamar. Dia sedang duduk di
meja makan, hanya dengan menggunakan celana pendek, sepertinya dia baru
selesai menerima telpon. Di meja makan sudah tersedia beberapa potong
sandwich dan 2 cangkir kopi. DIa mengajakku sarapan, aku duduk
disebelahnya sambil menyantap sandwich yang telah disediakan.
“Nes, kamu punya bikini gak?” tanyanya.
“Kenapa oom, mau berenang? jawabku.
“Ines punya CD yang cuma ditaliin kiri dan kanannya, kaya bikin”.
“Branya punya gak?” tanyanya lagi.
“Punyanya ya cuma CD bikini itu”, jawabku.
“Tebel apa tipis?” tanyanya lagi.
“Tebel, emangnya kenapa sih kok oom nanyain bikini segala”, jawabku penasaran.
“Temenku, ngajak kita kerumahnya, dirumahnya ada kolam renangnya”, katanya menerangkan.
“Wah, asik dong, Ines pengen ngerasain dientot dikolam renang”.
“Ya udah, kamu tukar baju deh. Nanti kita ke mall beli bikini yang tipis buat kamu”, jawabnya.
Aku segera memakai dasterku, dalemannya ku tenteng saja, aku keluar dari
rumahnya setelah melihat kiri dan kanan bahwa tidak ada tetangga yang
melihatku. Dirumah, aku segera mandi sambil membayangkan betapa
nikmatnya kalo dientot di kolam renang. Sambil mandi, aku meremas2
toketku sendiri dan menggosok2 itilku. Napsuku kembali berkobar2.
Setelah mandi aku mengenakan CD bikiniku dan bra, serta memakai jins
ketat dan tank top yang juga ketat. Kemudian aku kembali kerumah
sebelah. Dia juga sudah siap, ganteng sekali dia memakai jins dan kaos,
sehingga bodinya yang kekar menjadi terlihat jelas. Aku segera masuk ke
mobilnya dan kita meluncur ke mall.
Sesampai di mall, toko yang menjual lingerie baru buka sehingga masih
sepi pembeli. Dia memilihkan bra dan CD bikini yang tipis sekali,
kayanya agak kekecilan buatku.
“Biarin aja kekecilan, biar tambah napsuin”, jawabnya ketaku kau berkomentar.
Dari mall, kita meluncur kerumah temennya. Karena agak jauh rumahnya,
dia mengajakku makan siang dulu, walaupun belum waktunya makan siang
tapi perut sudah terasa laper karena tadi pagi hanya terisi sepotong
sandwich dan secangkir kopi. Kita mengisi perut di warung padang sampai
kenyang. Setelah itu baru menuju ke rumah temannya. Rumahnya besar, dia
langsung saja masuk ke halaman belakang. Di kolam renang ada sepasang
mahluk sedang berpelukan di dipan. Yang lelaki hanya memakai celana
pendek, sepantaran dia dan ceweknya seumur aku. Si cewek cuma pake
bikini tipis yang sangat minim, sehingga toketnya yang besar seperti
tidak tertampung branya, sertanya jembutnya yang lebat menyeruak dari
atas, kiri dan kanan CD minimnya.
Si lelaki memperkenalkan diri.
“Odi, dan ini Dina”, katanya memperkenalkan diri.
“Ines oom”, kataku mejawab.
Oom Dio mengajak Dina masuk kedalam, sedang oom Dio menarikku duduk
disampingnya. Baru aku tau skenario apa yang dirancang oom Dio, rupanya
dia dan oom Odi ingin bertukar pasangan ngentot. Ya udahlah, aku nerima
saja, toh oom Odi gak kalah ganteng dan kekarnya dengan oom Dio.
“Nes, oom Dio bilang dia nikmat banget ngentot sama kamu, memek kamu
bisa ngempot ya, aku jadi kepingin ngerasain diempot juga”, katanya
sambil mencium pipiku.
“Kamu pake dong bikininya”. Aku tersenyum dan segera ke kamar mandi yang ada didekat kolam renang.
Aku mengenakan bikini yang warna cream, minim dan tipis sekali, sehingga
kaya gak pake apa2. Aku kembali ketempat oom Odi menunggu. Matanya
membelalak menatap bodiku.
“Wah Nes, kamu napsuin banget, toket besar, pentil besar, jembut lebat dan pantat besar”.
“Dina kan juga napsuin oom”, jawabku sekananya.
Aku duduk disebelahnya di dipan.
Dia langsung merengkuh dan merebahkan tubuhku didipan. Bibirku
dilumatnya, aku mengimbangi kuluman dibibirku dengan permainan lidah.
Beberapa saat kemudian ciumannya berpindah ke leherku. Sambil menciumi
leherku, toketku yang masih dilapisi bra tipis diremasnya, pentilku
ditekan-tekan dan dipelintir-pelintir sehingga mengeras.
”Oom buka celananya ya” rintihku.
Tanpa menunggu persetujuannya, kolor celana pendeknya kuurai. Dia
mengimbangi dengan menarik tali pengakut bra dileher dan dipunggungku
sehingga braku terlepas. Dia terpana melihat toketku yang padat
membusung dengan pentil yang berdiri tegak, sementara puncak toketku di
sekitarnya sedikit menggembung dibanding dengan sekitarnya. Celana
pendeknya juga aku lepas sehingga kontolnya yang besar dan panjang juga
berdiri tegak dengan keras. Dia napsu sekali melihat jembutku yang
nongol disebelah atas dan samping kiri kanan CD minimku. Dia memeluk
tubuhku sambil kembali mengulum bibirku, aku mengimbangi kulumannya
sambil memeluknya.
Toketku menekan kedadanya, pentilku terasa keras sekali. Ciumannya turun
keleherku, aku mendongakkan daguku agar dia dapat mencium leherku
dengan bebas.
“Oom Ines sudah kepingin dientot, oom”, bisikku.
Dia tidak menjawab tapi langsung menciumi lembah diantara kedua toketku.
Kemudian pentil kanan diemutnya dengan penuh napsu. Aku menggelinjang,
“Oom ngilu”, rintihku.
Rintihanku itu semakin membangkitkan napsunya. Diremas nya toket kiriku
dengan gemas, sementara pentil kananku dimainkan dengan ujung lidahnya.
Pentilku kadang digencet dengan tekanan ujung lidah dengan gigi.
Kemudian secara mendadak disedot kembali pentil kananku kuat-kuat sambil
menekan dan memelintir pentil kiriku. Aku semakin menggelinjang sambil
mendesah-desah.Dia tidak puas dengan hanya menggeluti toket kananku.
Kini mulutnya berganti menggeluti toket kiriku. Sementara tangannya
meremas-remas toket kananku kuat-kuat dia menyedot kuat-kuat pentil
kiriku.
Dia memijit-mijit dan memelintir-pelintir pentil kananku, gigi dan ujung
lidahnya menekan-nekan pentil kiri, tangannya meremas toket kanan
dengan sekuat-kuatnya.
“Oom… nakal deh… ngilu oom… geli…” kembali aku menggelinjang dan mendesah.
Setelah puas dengan toketku, dia meneruskan permainan lidah ke arah
perutku. Mulutnya berhenti di daerah pusarku. Dia mengecupi bagian
pusarku. Sementara kedua telapak tangannya menyusup ke belakang dan
meremas-remas pantatku. Kedua tangannya menyelip ke dalam CD ku.
Perlahan-lahan tali pengakut CD ku di kiri dan kanan ditariknya. Aku
sedikit mengangkat pantatku sehingga CD ku lepas. Jembutku yang lebat
mengitari bibir memekku yang berwarna coklat tua. Sambil kembali
menciumi kulit perutku di sekitar pusar, tangannya mengelus-elus pahaku.
Elusannya pun ke arah dalam dan merangkak naik. Sampailah jari-jarinya
di tepi kiri-kanan bibir luar memekku. Tangannya pun mengelus-elus
memekku dengan dua jarinya bergerak dan bawah ke atas.
Dengan mata terpejam, aku meremas-remas toketku sendiri. Perlahan dia
menyibakkan bibir memekku dengan ibu jari dan telunjuknya mengarah ke
atas sampai itilku menongol keluar. Wajahnya bergerak ke memekku,
sementara tangannya kembali meremas toketnya. Dia menjilati itilku
perlahan-lahan dengan jilatan-jilatan pendek dan terputus-putus sambil
satu tangannya memlintir pentilku
“Oom… betul di situ oom… di situ… enak oom,” aku mendesah-desah sambil merem-melek.
Dia meneruskan permainan lidah dengan melakukan jilatan-jilatan panjang
dari lubang pantat sampai ke itilku. Itu menyebabkan memekku mulai
berlendir, sebagian lendirnya mengalir hingga mencapai lubang pantatku.
Sesekali pinggulku bergetar. Di saat bergetar itu pinggulku diremas
kuat-kuat sambil ujung hidungnya ditusukkan ke memekku.
“Oom… enak sekali oom…,” aku mengerang dengan kerasnya.
Dua jari tangannya lalu dimasukkan ke memekku. Setelah masuk hampir
semuanya, jarinya dibengkokkan ke arah atas dengan tekanan yang cukup
terasa agar kena ‘G-spot’ku. Aku menjerit sambil menyentakkan pantat ke
atas sampai-sampai jari tangannya yang sudah terbenam di dalam memekku
terlepas. Dia segera memasukkan kembali dua jarinya ke dalam memekku dan
melakukan gerakan yang sama. Kali ini dia mengimbangi gerakan jarinya
dengan permainan lidah di itil. Itilku semakin menonjol sehingga gampang
baginya untuk menjilat dan mengisapnya.
Itilku digelitiki dengan lidah serta diisap-isap perlahan, aku semakin
keras merintih-rintih sementara pinggulku menggial ke kiri-kanan.
“Oom…,” hanya kata-kata itu yang dapat kuucapkan karena menahan kenikmatan yang semakin menjadi-jadi.
Permainan jari-jari dan lidahnya di memekku semakin bertambah ganas. Aku
sambil mengerangerang dan menggeliat-geliat meremas apa saja yang
dapat kuraih. Meremas rambut dan bahunya, dan meremas toketku sendiri.
“Oom.. Ines sudah tidak tahan lagi… Masukin kontolnya oom… sekarang juga oom…!“ erangku sambil menahan nafsu.
Namun dia tidak perduli. Sengaja dia mempermainkan aku terlebih dahulu.
Dia mau membuatku nyampe, sementara dia masih segar bugar. Kemudian
kocokan dua jari tangannya di dalam memekku semakin dipercepat. Gerakan
jari tangannya ke atas-bawah, sementara ibu jarinya mengusap-usap dan
menghentak-hentak itilku. Gerakan jari tangannya di memeku yang basah
itu sampai menimbulkan suara. Aku merintih terputus-putus. Dia
mempertahankan kocokan tersebut. Dua menit sudah aku mampu bertahan
sambil menjerit-jerit. Toket semakin kencang dan licin, sedang pentilnya
berdiri dengan tegangnya. Akhirnya aku mengejang hebat. Pantat kuangkat tinggi-tinggi.
Mataku membeliak-beliak dan menjerit, “Oom …!“ Dua jarinya yang
tertanam di dalam memekku terjepit oleh dindingnya dengan kuat. Beberapa
detik kemudian aku terbaring lemas. Mataku terpejam, aku baru saja
nyampe. Kocokan jari tangannya dimemekku berhenti. Dia membiarkan
jarinya tertanam dalam memekku sampai jepitan memekku terasa lemah.
Setelah lemah. jari tangannya dicabut dari memekku. Cairan memekku yang
terkumpul di telapak tangannya dijilatnya sampe bersih.
Ketegangan kontolnya belum juga mau berkurang. Dia pun mulai menindih
tubuhku, sehingga kontolnya tergencet oleh perut bawahku. Sementara
bibirnya kembali mengulum-kulum kembali bibirku,tangannya meremas-remas
toketku dan mempermainkan pentilnya. Aku kembali membuka mata dan
mengimbangi serangan bibirnya. Tubuhku kembali menggelinjang-gelinjang
karena menahan rasa geli dan ngilu di toketku. Setelah puas
melumat-lumat bibir. dia menyusuri leherku hingga akhirnya mencapai
belahan toketku. Wajahku kemudian menggeluti belahan toketku, sementara
kedua tangannya meremas-remas kedua toketku. Dia menggesek-gesekkan
wajahnya di belahan toketku. Kemudian bibirnya bergerak ke atas toket
sebelah kiri. Diciumi dan dimasukkannya pentilku kedalam mulutnya.
Sambil menyedot-sedot pentil kiriku, dimainkan dengan lidahnya.
“Oom… geli,“ aku mendesis-desis sambil menggeliatkan tubuh ke kiri-kanan.
Dia memperkuat sedotannya. Sementara tangannya meremas-remas toket
kananku jari telunjuk dan ibu jarinya memlintir pentilku. Dia semakin
gemas. Toketku dimainkan secara bergantian, antara sebelah kiri dan
sebelah kanan. Pentilku kadang disedot kuat-kuat, kadang dicepit dengan
gigi atas dan lidah.Aku mendesis-desis keenakan. Napsu sudah kembali
tinggi. Mataku sampe terbeliak-beliak. Geliatan tubuhku ke kanan-kini
semakin sering frekuensinya. Sampai akhirnya aku tidak kuat melayani
serangan keduanya.
Kutangkap kontolnya yang sudah ngaceng itu.
“Oom… Kontol oom besar sekali” ucapku sambil meremasremas perlahan kontolnya.
“Oom. kita ngentot yuk” ajakku penuh napsu.
Kutarik wajahnya mendekat ke wajahku. Kulumat bibirnya dengan ganas. Dia
pun tidak mau mengalah. Bibirku dilumatnya dengan penuh nafsu,
sementara aku didekap dengan kuat. Punggungku diremas-remas dengan
gemasnya. Kemudian dia menindih tubuhku. Kontolnya terjepit di antara
pangkal pahaku dan perut bawahnya. Bibirnya kemudian melepaskan bibirku,
dan mengecup daguku dan kemudian leherku. Kontolnya menekan dan
menggesek-gesek pahaku. Puas menggeluti leherku, wajahnya turun ke
toketku. Dengan gemas dan ganas dia membenamkan wajahnya ke belahan
toketku, sementara kedua tangannya meraup kedua toketku.
Daerah toketku beserta pentilnya masuk dalam mulutnya. Dia melahap ujung
toketku dan pentilnya dengan bernafsu, pentilku dikulum-kulum dan
dimainkan dengan lidahnya.
“Oom… geli… geli …,“ kataku. Dia tidak perduli.
Dia terus mengulum-kulum pentilku sampe menjadi keras, sementara toket
sebelah kanannya diremasnya kuat-kuat. Hal tersebut dilakukannya secara
bergantian antara toket kiri dan kanan. Sementara kontolnya semakin
menekan dan menggesek-gesek di kulit pahaku. Aku semakin
menggelinjang-gelinjang. Dia semakin bernafsu dan semakin ganas
mengisap-isap dan meremas-remas toketku. Akhirnya dia melepaskan toketku
dari gelutan mulut dan tangannya. Bibirnya kini berpindah menciumi dagu
dan leherku, sementara tangannya membimbing kontholnya untuk mencari
memekku. Dia memutar-mutarkan dahulu kepala kontolnya dijembutku.
“Oom… masukkan seluruhnya oom… masukkan seluruhnya… ” Kuraih kontolnya yang sudah amat tegang. Pahaku kubuka agak lebar.
“Kontol oom besar dan keras sekali, oom…,” kataku sambil mengarahkan kepala kontolnya ke memekku.
Sesaat kemudian kepala kontolnya menyentuh bibir memekku yang sudah
basah. Kemudian dengan perlahan-lahan dan sambil digetarkan, kontolnya
ditekan masuk kememekku. Kini seluruh kepala kontolnya pun terbenam di
dalam memekku.
Dia menghentakkan gerak masuk kontolnya.
“Oom… teruskan masuk, oom, enak… jangan berhenti sampai situ saja…,” aku protes atas tindakannya.
Namun dia tidak perduli. Dibiarkannya kontolnya masuk kememekku hanya
sebatas kepalanya saja, namun kontolnya hanya digetarkan saja. Sementara
bibir dan hidungnya dengan ganasnya menggeluti leher, lengan tangan dan
ketiakku yang bersih dari bulu ketiak. Aku menggelinjang-gelinjang
dengan tidak karuan.
“Geli… Terus masuk, oom…” Bibirnya mengulum kulit lengan tanganku dengan kuat-kuat.
Dan… satu… dua… tiga! Kontolnya ditusukkan sedalam-dalamnya ke dalam
memekku dengan sangat cepat dan kuatnya. Pangkal pahanya beradu dengan
pangkal pahaku sedang dalam posisi agak membuka dengan kerasnya.
“Auwww!” pekikku.
Dia diam sesaat, membiarkan kontolnya tertanam seluruhnya di dalam memekku tanpa bergerak sedikit pun.
“Enak oom… ” kataku sambil meremas punggungnya dengan keras.
Dia mulai menggerakkan kontolnya keluar-masuk memekku.
“Bagaimana Nes?” tanyanya.
“Enak sekali. Kontol oom besar dan panjang sekali…sampai-sampai menyumpal penuh seluruh penjuru memek Ines,” jawabku.
Dia terus memompa memekku dengan kontolnya perlahan-lahan. Kontolnya
kuremas-remas dengan otot-otot memekku sejalan dengan genjotannya.
Kemudian dia mengangkat kontolnya. Sambil menjaga agar kontolnya tidak
tercabut dari memekku, dia mengambil posisi agak jongkok. Betis kananku
ditumpangkan diatas bahunya, sementara betis kiriku didekatkan ke
wajahnya. Sambil terus mengocok memekku perlahan dengan kontolnya, betis
kiriku diciumi dan dikecupi dengan gemasnya.
Setelah puas dengan betis kiri, ganti betis kananku yang diciumi dan
digeluti, sementara betis kiriku ditumpangkan ke atas bahunya. Begitu
hal tersebut dilakukannya beberapa kali secara bergantian, sambil
mempertahankan gerakan kontolnya maju-mundur perlahan di memekku.
Setelah puas dengan cara tersebut, dia meletakkan kedua betisku di
bahunya, sementara kedua telapak tangannya meraup kedua toketku. Masih
dengan kocokan kontol perlahan di memekku, tangannya meremas-remas
toketku. Kadang kedua pentilku digencet dan dipelintir-pelintir secara
perlahan. Pentilku semakin mengeras, aku pun merintih-rintih keenakan.
Mataku merem-melek,
“Oom, geli… … terus oom, kontol oom membuat memek Ines terasa enak
sekali… Nanti jangan dingecretkan di luar memek, oom. Ngecret di dalam
saja… aku sedang tidak subur…” Dia mulai mempercepat gerakan
masuk-keluar kontolnya di memekku.
Dia meningkatkan kecepatan keluar-masuk kontolnya di memekku.
“Sssh… . Nes… enak sekalii memekmu”
“Ya oom, Ines juga merasa enak sekali… terus oom, terusss…” Dia makin
meningkatkan lagi kecepatan keluar-masuk kontolnya di memekku.
“Oom… terus…Ines hampir nyampe oom…sedikit lagi… kita keluar sama-sama ya oom…,” Dia mengayuh terus.
“Oom..,” rintihku sambil memegang kedua lengan tangannya.
“Enak oom.. Mau keluar oom… mau keluar… ah-ah-ah-ah-ah… sekarang ke-ke-ke…” Memekku dengan sangat kuatnya menjepit kontolnya.
Aku meremas lengan tangannya dengan sangat kuatnya dan berteriak tanpa
kendali: keluarr…!” Mataku membeliak-beliak dan tubuhku mengejang. Dia
pun menghentakan genjotannya. Kontolnya yang tegang luar biasa dibiarkan
diam tertanam dalam memekku. Aku memejam mata beberapa saat dalam
menikmati puncak orgasme.
Kedua kakiku lalu diletakkan kembali di atas dipan dengan posisi agak
membuka. Dia kembali menindih tubuhku dengan mempertahankan agar
kontolnya yang tertanam di dalam memekku tidak tercabut.
“Oom… oom luar biasa… oom membawa Ines ke langit ke tujuh,” kataku.
“Luar biasa nikmatnya.” Dia kembali mendekap tubuhku, kontolnya mulai
bergerak keluar-masuk lagi di memekku, namun masih dengan gerakan
perlahan.
Namun sekarang gerakan kontolnya lebih lancar dibandingkan dengan tadi.
“Oom langsung memulainya lagi… Sekarang giliran oom.. ngecretin peju oom didalam memek Ines,” aku mulai mendesis-desis lagi.
Bibirnya mulai memagut bibirku dan melumat-lumatnya dengan gemasnya.
Sementara tangan kirinya ikut menyangga berat badannya, tangan kanannya
meremas-remas toketku serta memijit-mijit pentilnya, sesuai dengan gerak
maju-mundur kontolnya di memekku.
“Enak oom, terus… ” desisku.
Sambil kembali melumat bibirku dengan kuatnya, dia mempercepat genjotan
kontolnya di memekku. Pengaruh adanya cairan di dalam memekku, Aku tidak
henti-hentinya menrintih kenikmatan. Kontolnya semakin tegang. Dia
melepaskan tangan kanannya dari toketku. Kedua tangannya kini dari
ketiakku menyusup ke bawah dan memeluk punggungku. Tanganku pun memeluk
punggungnya dan mengusap-usapnya. Dia pun memulai serangan dahsyatnya.
Keluar-masuknya kontolnya ke dalam memekku sekarang berlangsung dengan
cepat dan berirama. Setiap kali masuk, kontolnya dihunjamkan keras-keras
agar menusuk memekku sedalam-dalamnya. Di saat bergerak keluar memek,
kepala kontolnya dijaganya agar tetap tertanam di memekku. Dia terus
menggenjot memekku dengan gerakan cepat dan menghentak-hentak. Tanganku
meremas punggungnya kuat-kuat di saat kontolnya dihunjamkan masuk
sejauh-jauhnya ke memekku.
Memekku berkedut2, mengempot kontolnya
“Nes… Enak sekali … Memekmu enak sekali… Memekmu hangat sekali… jepitan memekmu enak sekali…”
“oom… terus oom”, aku merintih “enak oom..” Tiba-tiba dia pun mengenjotkan kontolnya ke memekku dengan semakin cepat dan keras.
Setiap masuk ke dalam, kontolnya berusaha menusuk lebih dalam lagi dan
lebih cepat lagi dibandingkan sebelumnya. Karena menahan rasa nikmat
yang luar biasa aku terbata-bata:
“oom…! Ines mau keluar lagi… Ines ke-ke-ke…” Aku tidak mampu lagi menahan jebolnya pertahananku.
“keluarrrr…!” Tubuhku mengejang dengan mata membeliak-beliak.
Dia juga melenguh keras-keras sambil merengkuh tubuhku sekuat-kuatnya.
Wajahnya dibenamkan kuat-kuat di leherku, dan pejunya muncrat dengan
derasnya, menyemprot memekku yang terdalam. Kontolnya yang terbenam
semua di dalam memekku terasa berdenyut-denyut. Beberapa saat lamanya
dia dan aku terdiam dalam keadaan berpelukan erat sekali. Kontolnya
menyemprotkan lagi peju yang masih tersisa kedalam memekku. Kali ini
semprotannya lebih lemah. Perlahan-lahan tubuhnya dan tubuhku pun
mengendur kembali. Dia kemudian menciumi leherku dengan lembutnya,
sementara tanganku mengusap-usap punggung dan rambutnya.
“Oom… terima kasih oom. Puas sekali Ines. indah sekali… sungguh..enak sekali,” kataku lirih.
Dia tidak memberi kata tanggapan. Sebagai jawaban, bibirku dikecupnya.
Dalam keadaan tetap telanjang, kami berdekapan erat di atas dipan.
“Oom… kapan-kapan Ines dientot lagi ya oom… Ines puas sekali dientot oom,” kataku.
Dia kemudian mencabut kontolnya dari memekku dan masuk ke dalam. Dari dalam oom Dio keluar sudah berpakaian lengkap.
“Pulang yuk Nes, sudah sore”, ajaknya.
Segera aku menuju ke kamar mandi dengan membawa bikiniku. Dikamar mandi
aku memakai jin dan tank topku dan mengikutinya ke mobil. Dalam
perjalanan pulang, kita mampir lagi ke restoran untuk makan malam,
walaupun belum gelap benar. Tapi perutku sudah keroncongan, sehabis
kerja keras dientot oom Odi. Diperjalanan dia tidak bertanya apa2
mengenai ngentotku dengan oom Odi, sehingga akupun tidak menanyakan
bagaimana ngentotnya dengan Dina.
Sesampai di rumahnya, aku ingin kembali tapi dia menahannya,
“aku pengen gelutin kamu pakai bikini Nes”, rupanya dia belum puas
setelah sejak kemarin ngentoti aku dan tadi ngentot dengan Dina.
“Oom belum puas dengan Dina?” tanyaku.
“Puas sih puas”, jawabnya,
“tapi lebih nikmat diempot memek kamu”. Aku bangga juga mendengarnya
bahwa aku lebih memberi nikmat katimbang Dina yang juga montok dan
berjembut lebat.
Kita masuk kembali ke kamarnya. Dia masuk ke kamar mandi dan terdengar
shower dinyalakan. Aku bisa mendengarnya karena pintu kamar mandi tidak
ditutup. Tak lama kemudian, shower terdengar berhenti dan dia keluar
hanya bercelana pendek. Ganti aku yg masuk ke kamar mandi, aku hanya
membasahi tubuhku dan dalam keadaan basah bikini tipisku kupakai lagi.
Keluar dari kamar mandi, dia berbaring diranjang dan melotot melihat
bodiku.
Karena basah, maka apa yang ditutupi bikini tipis menjadi tranparan.
“Nes, kamu memang napsuin”, katanya.
Aku duduk disebelahnya diranjang. Langsung saja kutarik celana
pendeknya. Dia sudah tidak memakai CD lagi. Begitu celananya kutarik,
kontolnya langsung melonjak berdiri. Tanganku bergerak menggenggam
kontolnya. Dia melenguh seraya menyebut namaku. Aku mendongak melirik
kepadanya. Nampak wajahnya meringis menahan remasan lembut tangannku
pada kontolnya. Aku mulai bergerak turun naik menyusuri kontolnya yang
sudah teramat keras. Sekali-sekali ujung telunjukku mengusap kepala
kontolnya yang sudah licin oleh cairan yang meleleh dari liangnya.
Kembali dia melenguh merasakan ngilu akibat usapanku. Kocokanku sudah
semakin cepat. Kurasakan tangannya menggerayang ke arah toketku yang
masih dilapisi bra tipis. Dengan lembut dia mulai meremas-remas toketku
di balik bra. Remasan tangannya langsung terasa karena kain bra yang
sangat tipis. Tanganku menggenggam kontolnya dengan erat. Dia menarik
ikatan braku yang dipundak dan dipunggung sehingga bagian atas tubuhku
terbuka.
“Nes, kamu memang cantik banget”, Pentilku dipilin2nya.
Aku masukan kontolnya kedalam mulutku dan mengulumnya. Tangannya dengan
leluasa menggerayang ketoketku, kurasakan bibirnya mulai menciumi
toketku. Napsuku semakin berkobar. Jilatan dan kulumanku pada kontolnya
semakin mengganas sampai-sampai dia terengah-engah merasakan kelihaian
permainan mulutku. Dia kemudian menarik ikatan CDku. Aku sudah
telanjang. Dia membalikkan tubuhku hingga berlawanan dengan posisi
tubuhnya. Kepalaku berada di bawahnya sementara kepalanya berada di
bawahku.
Kami sudah berada dalam posisi enam sembilan! Tak lama kemudian
kurasakan sentuhan lembut di seputar memekku. Tubuhku langsung bereaksi
dan tanpa sadar aku menjerit lirih. Tubuhku meliuk-liuk mengikuti irama
permainan lidahnya di memekku. Kedua pahaku mengempit kepalanya seolah
ingin membenamkan wajah itu ke dalam memekku. Kuakui ia memang pandai
membuat napsuku memuncak.
Kontolnya kemudian dikempit dengan toketku dan digerakkan maju mundur, sebentar.
“Nes, kamu sungguh cantik. Bodimu yahud”, katanya sambil menciumi
bibirku, mencoba membuka bibirku dengan lidahnya. Kurasakan tangannya
mengelus paha bagian dalam. Aku mendesis dan tanpa sadar membuka kedua
kakiku yang tadinya merapat.
Dia menempatkan diri di antara kedua kakiku yang terbuka lebar.
Kurasakan kontolnya ditempelkan pada bibir memekku. Digesek-gesek, mulai
dari atas sampai ke bawah. Naik turun. Aku merasa ngilu bercampur geli
dan nikmat. Memekku yang sudah banjir membuat gesekannya semakin lancar
karena licin. Aku terengah-engah merasakannya. Kelihatannya ia sengaja
melakukan itu. Apalagi saat kepala kontolnya itu menggesek-gesek itilku
yang juga sudah menegang.
“Oom..?” panggilku menghiba.
“Apa Nes”, jawabnya seraya tersenyum melihatku tersiksa.
“Cepetan..” jawabku.
Ia sengaja mengulur-ulur dengan hanya menggesek-gesekan kontolnya.
Sementara aku benar-benar sudah tak tahan lagi mengekang birahiku.
“Ines sudah pengen dientot oom..”, kataku.
Aku melenguh merasakan desakan kontolnya yang besar itu. Aku menunggu
cukup lama gerakan kontolnya memasuki diriku. Serasa tak sampai-sampai.
Maklum aja, selain besar, kontolnya juga panjang. Aku sampai menahan
nafas saat kontolnya terasa mentok di dalam, seluruh kontolnya amblas di
dalam. Dia mulai menggerakkan pinggulnya pelan2. Satu, dua dan tiga
enjotan mulai berjalan lancar.
Semakin membanjirnya cairan dalam memekku membuat kontolnya keluar masuk
dengan lancarnya. Aku mengimbangi dengan gerakan pinggulku. Meliuk
perlahan. Naik turun mengikuti irama enjotannya. Gerakan kami semakin
lama semakin meningkat cepat dan bertambah liar. Gerakanku sudah tidak
beraturan karena yang penting bagiku enjotan itu mencapai bagian-bagian
peka di memekku. Dia tahu persis apa yang kuinginkan. Diaa bisa
mengarahkan kontolnya dengan tepat ke sasaran.
Aku bagaikan berada di surga merasakan kenikmatan yang luar biasa ini.
Kontolnya menjejal penuh seluruh memekku, tak ada sedikitpun ruang yang
tersisa hingga gesekan kontol itu sangat terasa di seluruh dinding
memekku. Aku merintih, melenguh dan mengerang merasakan semua kenikmatan
ini. Aku mengakui keperkasaan dan kelihaian dia di atas ranjang. Yang
pasti aku merasakan kepuasan tak terhingga ngentot dengannya.
Dia bergerak semakin cepat. Kontolnya bertubi-tubi menusuk daerah-daerah
sensitive. Aku meregang tak kuasa menahan napsuku, sementara dia dengan
gagahnya masih mengayunkan pinggulnya naik turun, ke kiri dan ke kanan.
Eranganku semakin keras. Melihat reaksiku, dia mempercepat gerakannya.
Kontolnya yang besar dan panjang itu keluar masuk dengan cepatnya.
Tubuhnya sudah basah bermandikan keringat. Aku pun demikian. Aku meraih
tubuhnya untuk mendekapnya. Kurengkuh seluruh tubuhnya sehingga menindih
tubuhku dengan erat. Kubenamkan wajahku di samping bahunya. Pinggul
kuangkat tinggi-tinggi sementara kedua tanganku menggapai pantatnya dan
menekannya kuat-kuat. Kurasakan semburan demi semburan memancar kencang
di dalam memekku. Aku meregang. Tubuhku mengejang-ngejang.
“Oom..”, hanya itu yang bisa keluar dari mulutku saking dahsyatnya
kenikmatan yang kualami bersamanya. Dia menciumi wajah dan bibirku.
Kurasakan ciumannya di bibirku berhasil membangkitkan kembali napsuku.
Kudorong tubuhnya hingga terlentang. Aku langsung menindihnya dan
menciumi wajah, bibir dan sekujur tubuhnya. Kembali kuemut kontolnya
yang masih tegak itu. Lidahku menjilat-jilat, mulutku mengemut-emut.
Tanganku mengocok-ngocok kontolnya. Kulirik dia kelihatannya menyukai
tindakan ini. Belum sempat ia akan mengucapkan sesuatu, aku langsung
berjongkok dengan kedua kaki bertumpu pada lutut dan masing-masing
berada di samping kiri dan kanan tubuhnya. Memekku berada persis di atas
kontolnya. “Akh!” pekiknya tertahan ketika kontolnya kubimbing memasuki
memekku.
Tubuhku turun perlahan-lahan, menelan seluruh kontolnya. Selanjutnya aku
bergerak seperti sedang menunggang kuda. Tubuhku melonjak-lonjak. Aku
terus berpacu. Pinggulku bergerak turun naik.
“Ouugghh.. Ines.., luar biasa!” jeritnya merasakan hebatnya permainanku.
Pinggulku mengaduk-aduk lincah, mengulek liar tanpa henti. Tangannya
mencengkeram kedua toketku, diremas dan dipilin-pilin. Ia lalu bangkit
setengah duduk. Wajahnya dibenamkan ke atas dadaku. Menciumi pentilku.
Menghisapnya kuat-kuat sambil meremas-remas. Kami berdua saling berlomba
memberi kepuasan. Kami tidak lagi merasakan panasnya udara meski kamar
menggunakan AC. Tubuh kami bersimbah peluh, membuat tubuh kami jadi
lengket satu sama lain. Aku berkutat mengaduk-aduk pinggulku. Ayah
menggoyangkan pantatnya. Kurasakan tusukan kontolnya semakin cepat
seiring dengan liukan pinggulku yang tak kalah cepatnya.
Permainan kami semakin meningkat dahsyat. Sprei ranjang sudah tak karuan
bentuknya, selimut dan bantal serta guling terlempar berserakan di
lantai akibat pergulatan kami yang bertambah liar dan tak terkendali.
Kurasakan dia mulai memperlihatkan tanda-tanda. Aku semakin bersemangat
memacu pinggulku untuk bergoyang. Tak selang beberapa detik kemudian,
akupun merasakan desakan yang sama. Aku tak ingin terkalahkan kali ini.
Kuingin ia pun merasakannya. Tekadku semakin kuat.Aku terus memacu
sambil menjerit-jerit histeris.
Aku sudah tak perduli suaraku akan terdengar kemana-mana. Kurasakan
tubuhnya mulai mengejang. Ia mengerang panjang. Tubuhnya
menghentak-hentak liar. Tubuhku terbawa goncangannya. Aku memeluknya
erat-erat agar jangan sampai terpental oleh goncangannya. Mendadak aku
merasakan semburan dahsyat menyirami memekku. Semprotan pejunya begitu
kuat dan banyak membanjiri memekku. Akupun rasanya tidak kuat lagi
menahan desakan dalam diriku.
Sambil mendesakan pinggulku kuat-kuat, aku berteriak panjang saat
mencapai puncak kenikmatan berbarengan dengan dia. Tubuh kami
bergulingan di atas ranjang sambil berpelukan erat.
“Oom.., nikmaat!” jeritku tak tertahankan.
Tulang-tulangku serasa lolos dari persendiannya. Tubuhku lunglai, lemas
tak bertenaga terkuras habis dalam pergulatan yang ternyata memakan
waktu lebih dari 1 jam! Gila! Jeritku dalam hati. Belum pernah rasanya
aku ngentot sampai sedemikian lamanya. Aku hanya bisa memeluknya
menikmati sisa-sisa kepuasan. Aku merasa lelah setelah sekian kalinya
dientot 2 lelaki sejak semalam, dan akhirnya tertidur dalam pelukan nya.
– Pesta Seks Dengan Om Nakal
Tidak ada komentar: